"Sejarah Perkembangan Ekologi Tumbuhan"
- Sejarah Perkembangan Ekologi
Sesungguhnya sangatlah sulit untuk menelusuri
kapan kajian ekologi dimulai. Istilah ekologi diperkenalkan oleh Ernst Haecckel
(1869) dengan pengertian : Ekologi adalah disiplin ilmu yang mempelajari seluk
beluk ekonomi alam, sesuatu kajian mengenai hubungan anorganik serta lingkungan
organik di sekitarnya yang kemudian pengertian ini diperluas, yang umumnya
tertera dalam berbagai kamus dan ensiklopedia, menjadi kajian mengenai hubungan
timbale balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Berdasarkan pengertian tadi, sebenarnya
Theophrastus seorang sahabat dan rekan kerja dari Aristoteles telah banyak
menulis tentang hubungan timbal balik antara organisma hidup dengan lingkungannya.
Tetapi yang dianggap sebagai pemula dan mengarah pada kajian yang bersifat
modern adalah para ahli geografi tumbuhan seperti Humboldt, de Condolle,
Engler, Gray dan Kerner. Mereka menulis tentang distribusi tumbuh-tumbuhan,
meskipun banyak hal-hal yang masih belum terjawab dengan sempurna sampai
sekarang. Dasar-dasar dalam geografi tumbuhan ini merupakan pangkal dan
kemudian berkembang menjadi kajian komunitas tumbuhan atau ekologi komunitas.
Kajian ekologi komunitas ini kemudian berkembang
ke dalam dua kutub, yaitu di Eropa yang dipelopori oleh Braun-Blanquet (1932)
yang kemudian dikembangkan oleh para ahli lainnya. Mereka tertarik dengan
komposisi, struktur dan distribusi dari komunitas. Kutub lainnya di Amerika,
seperti para pakar ekologi tumbuhan Cowles (1899): Clements (1916) dan Gleason
(1926) yang mempelajari perkembangan dan dinamika komunitas tumbuhan. Sedangkan
Shelford (1913, 1937), Adams (1909), dan Dice (1943) di Amerika, serta Elton
(1927) di Inggris mengungkapkan hubungan timbal balik antara tumbuhan dengan
hewan. ada saat yang bersaman perhatian terhadap dinamika populasi juga banyak
dikembangkan para ahli. Pendekatan secara teoritis dipelopori oleh Lotka
(1925), sedangkan Voltera (1926) menstimulasi pendekatan-pendekatan secara eksperimental.
Pada tahun 1935 Gause menemukan interaksi antara hewan pemangsa dengan hewan
mangsanya dan hubungan kompetitif di antara species, dan pada saat yang sama
pula Nicholson mempelajari kompetisi intra-species.
Kemudian Anrewtha dan Birch (1954) serta studi
lapangan oleh Lack (1954) menemukan dasar-dasar yang luas untuk kajian regulasi
populasi. Penemuan daerah edar dari burung oleh Howard (1920) yang kemudian
dikembangkan oleh Nice (1930 dan 1940) berkembang menjadi ekologi tingkah laku.
Pada tahun 1940-an dan 1950-an Lorenz dan Tinbergen mengembangkan konsep-konsep
tingkah laku yang bersifat instink dan bersifat agresif. Sedangkan peranan
tingkah laku sosial dalam regulasi populasi dikembangkan oleh Wynne dan Edwards
(1960) secara lebih mendalam di Inggris. Didasarkan pada hasil-hasil
penemuan-penemuan dari Darwin (1859), Mendel (1806) dan Wight (1931) berkembang
menjadi bidang- bidang genetika populasi, kajian evolusi dan adaptasi.
Pekerjaan Leibig (1840) merupakan pekerjaan awal dari kajian lingkungan
nonbiotis dari organisma yang kemudian berkembang menjadi eko-klimatologi dan
eko-fisiologi.
Beberapa kajian di lingkungan perairan yang
kemudian berkembang menjadi ekologi energetik didasari oleh penelitian dari
thienemann seorang pakar limnologi Jerman (1920) yang memperkenalkan konsep
tingkat trofik dalam pengertian konsumen dan produsen. Kemudian Birge dan Juday
tahun 1940-an, pakar limnologi Amerika, dengan peralatannya menguraikan budget
energi dari suatu danau, dan kemudian berkembang dengan pemikirannya mengenai
produksi primer dan mengelaurkan konsep-konsep ekologi mengenai dinamika
tingkat trofik. Konsep-konsep ini kemudian oleh Lidenmann (1942) diperkenalkan
sebagai konsep dasar dalam ekologi modern, yang kemudian oleh Hutchinson dan
Odum (1950-an) diperluas sehingga menjadi pelopor dalam aliran budget energi.
Studi awall mengenai siklus materi atau nutrisi dilakukan oleh Ovington (1957)
di Inggris dan Australia, sedangkan di Rusia dipelopori oleh Basilevic dan
Rodin pada tahun 1967.
- Perkembangan Ekologi Tumbuhan
Ekologi berkembang melalui dua jalur, jalur hewan
dan jalur tumbuhan. Para ahli ekologi tumbuhan memusatkan perhatiannya pada
hubungan antara tumbuhan dengan lingkungannya. Kajian ekologi tumbuhan pula
bukan hal yang baru, pada tahun 1305 Petrus de Crescetius sudah menulis suatu
karangan mengenai adanya sifat persaingan hidup dalam tumbuhan. Kemudian King
(1685) merupakan orang pertama yang menguraikan tentang konsep suksesi dalam
komunitas tumbuhan. Warming (1891) mulai pula menguraikan tentang proses
suksesi tumbuhan yang terjadi di bukit pasir sepanjang pantai Denmark. Pada
saat itu memang ekologi tumbuhan telah diakui sebagai disiplin ilmu baru.
Beberapa pakar ekologi tumbuhan yang patut dicatat
sebagai pelopor dalam mengembangkan kajian ini:
1.
Clements; sejak tahun 1905 menulis
buku teks ekologi yang menerangkan tentang metoda pengukuran dan pemasangan
kuadrat dalam kajian ekologi lapangan. Buku ini sampai sekarang dihargai
sebagai dasar dalam perkembangan baru para ilmuwan lainnya.
2.
Cowles; terpengaruh oleh karya Warming
mengadakan kajian dan menulis tentang suksesi tumbuhan di bukit sepanjang
pesisir danau Michigan, bahkan menguraikan pula peranan iklim, fisiografi dan
biota lainnya dalam suksesi ini. Seri bukunya telah dimulai sejak 1899.
3.
Tansley; menyumbangkan karya ilmiah
klasiknya yang tidak tertandingi sampai sekarang yaitu buku yang berjudul ”The
British Isles and Their Vegetation”.
- Tingkat Integrasi dan Pendekatan Ekologi Tumbuhan
Sejalan dengan apa yang telah diuraikan terdahulu,
ekologi tumbuhan berusaha untuk menerangkan rahasia kehidupan pada tahapan
individu, populasi dan komunitas. Ketiga tingkat utama ini membentuk sistem
ekologi yang dikaji dalam ekologi tumbuhan ini. Masing-masing tingkatan adalah
bersifat nyata, tidak bersifat hipotetik seperti species, jadi dapat diukur dan
diobservasi struktur dan operasionalnya. Individu dan populasi tidak
terpisah-pisah, mereka membentuk asosiasi dan terorganisasi dalam pemanfaatan
energy dan materi membentuk suatu masyarakat atau komunitas dan berintegrasi
dengan faktor lingkungan di sekitarnya membentuk ekosistem.
Berdasarkan tingkat integrasinya maka secara ilmu,
kajian ekologi tumbuhan dapat dibagi dalam dua pendekatan, yaitu sinekologi dan
autekologi.
1.
Sinekologi, yaitu Materi bahasan dalam kajian atau
penelitiannya ialah komunitas dengan berbagai interaksi antar populasi yang
terjadi dalam komunitas tersebut. Berdasarkan falsafah dasar
bahwa tumbuhan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang dinamis.
Masyarakat tumbuhan dipengaruhi oleh dua hal, yaitu keluar masuknya unsur-unsur
tumbuhan dan turun naiknya berbagai variabel lingkungan hidup. Dalam sinekologi
komunitas tumbuhan atau vegetasi mempunyai perilaku sebagai suatu organisma
utuh. Vegetasi bisa lahir, tumbuh, matang dan akhirnya mati. bidang kajian
utama dalam sinekologi adalah bidang kajian tentang analisis ekosistem
2.
Autekologi, yaitu kajian atau penelitian tentang species, yaitu
mengenai aspek-aspek ekologi dari individu-individu atau populasi suatu species
tumbuhan. Falsafah yang mendasarinya adalah dengan memandang
tumbuhan sebagai ukuran yang menggambarkan kondisi lingkungan sekitarnya.
Clements menyatakan bahwa setiap tumbuhan adalah alat pengukur bagi keadaan
lingkungan hidup tempat ia tumbuh. Dalam hal ini paling sedikit yang dimaksud
dengan alam lingkungannya adalah iklim dan tanah.
Dari kajian ini lahir bidang kajian yang menilai
bahwa tumbuhan adalah sebagai indikator alam atau indicator lingkungan hidup.
Bidang kajian ini dikenal dengan ekologi fisiologi. Perbedaan dari kedua bidang
kajian ini adalah;
Sinekologi
Ø Bersifat
filosofis
Ø Deduktif
Ø Deskriptif
(umumnya)
Ø Sulit
dengan pendekatan rancangan percobaan atau eksperimental design
Autekologi
Ø Bersifat
ekperimental
Ø Induktif
Ø Kuantitatif
Ø Dapat
dilakukan berdasar rancangan percobaan atau ”eksperimental design”
Kajian ekologi secara umum
v Bagaimana alam bekerja
v Bagaimana suatu spesies beradaptasi dalam habitatnya
v Apa yang mereka perlukan dari habitatnya itu untuk
dimanafaatkan guna melangsungkan kehidupan
v Bagaimana mereka mencukupi kebutuhannya akan unsur
hara (materi) dan energi
v Bagaimana mereka berinteraksi dengan spesies lainnya
v Bagaimana individu-individu dalam spesies itu diatur
dan berfungsi sebagai populasi
v Bagaimana keindahan ekosistem tercipta
POPULASI
Populasi merupakan
sekelompok organisma dari spesies yang sama yang menempati suatu ruang
tertentu, dan mampu melakukan persilangan diantaranya dengan menghasilkan
keturunan yang fertil. Dengan demikian hubungan antara organisma satu dengan
organisma lainnya dalam populasi dapat melalui dua jalan yaitu hubungan
genetika dan hubungan ekologi.
Populasi tumbuhan dengan dinamikanya dapat diamati
dengan melihat penyebarannya permukaan
bumi, jarak yang tidak sama antara tumbuhan satu dan tumbuhan lainnya
disebabkan karena perbedaan lingkungan, sumber daya, tetangga dan gangguan.
Perbedaan lingkungan tidak hanya mempengaruhi dan
memodifikasi distribusi dan kelimpahan individu, tetapi sekaligus merubah laju pertumbuhan, produksi
biji, pola percabangan, area daun, area akar, dan ukuran individu.
Penyebaran tumbuhan, kelulushidupan, pola
pertumbuhan serta kecepatan reproduksi semuanya mencerminkan adaptasi tumbuhan tersebut dengan
lingkungannya.
2.1. Populasi Lokal dan Ras Ekologi
Dalam situasi tertentu sekelompok individu ada
kemungkinan secara genetika terisolasi, persilangan hanya memungkinkan terjadi
diantara anggota kelompok itu sendiri. Kelompok organisma-organisma yang
terisolasi tersebut biasanya disebut ”populasi lokal”.
Populasi lokal adalah merupakan unit dasar dalam
proses evolusi, pertukaran gen terjadi secara terus-menerus dalam waktu yang
relatif lama shingga terjadi struktur gena yang khusus untuk kelompok tersebut
dan akan berbeda dengan struktur gena populasi lokal lainnya meski untuk species
yang sama. Hal ini dikarenakan adanya seleksi alami yang beroperasi
terhadapnya, sehingga menghasilkan individu-individu dengan susunan gena yang
memberi kemungkinan untuk bertahan terhadap lingkungan lokal, dan akan
berkembang dalam jumlah yang semakin banyak jika dibandingkan dengan
individu-individu yang tidak tahan.
Salah satu jalan suatu populasi lokal dapat
teradaptasi terhadap suatu lingkungan adalah dengan pengembangan dan
pengelolaan diversitas genetikanya melalui reproduksi seksual dalam populasi.
Hasilnya adalah sekelompok atau susunan individu-individu yang masing-masing
berbeda dalam toleransinya terhadap lingkungan, salah satunya ada kemungkinan
mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam toleransinya terhadap kondisi
lingkungan yang ekstrim daripada rata-rata anggota populasi lainnya. Dengan
demikian kehetrogenan struktur gena dari anggota populasi mempersiapkan
populasi terhadap kehancurnnya akibat lingkungan, misal terhadap kemarau yang
panjang.
Hal yang sejalan terjadi pula dalam kurun waktu
yang relatif lama dan lamban sebagai reaksi terhadap perubahan iklim, dalam hal
ini bisa ratusan bahkan ribuan tahun. Dengan demikian keheterogenan struktur
gena merupakan cara dalam mempertahankan hidup atau kelulusan hidup, dan ini
sebagai mekanisma teradaptasinya suatu populasi akibat seleksi alami.
Dalam suatu kawasan yang secara umum mempunyai
kondisi yang relatif sama, populasi lokal dari species yang ada
berkecenderungan untuk memperlihatkan toleransi terhadap lingkungan yang
relatif sama pula, tetapi akan berbeda toleransinya dengan species lokal
lainnya (dari species yang sama) yang berada pada kondisi iklim yang berbeda.
Populasi lokal seperti ini biasa dikenal dengan
ras ekologi. Contoh yang terkenal dari ras ekologi adalah di Skandinavia dimana
terdapat dua populasi yang secara sistematik dimasukkan dalam satu species yang
sama meskipun kedua populasi ini mempunyai karakteristika yang berbeda.
Populasi di daerah pegunungan mempunyai karakteristika bentuk morfologi yang
kerdil dan berbunga cepat, sedangkan populasi di daerah pantai bentuk
morfologinya tinggi tetapi berbunga lambat. Orang semula memperkirakan bila
individu dari populasi di pegunungan dipindahkan atau ditumbuhkan di pantai
maka akan tumbuh dengan karakteristika populasi pantai, demikian pula
sebaliknya.
Akan tetapi setelah Goete Turesson mencobanya,
yaitu individu dari populasi pegunungan ditumbuhkan di pantai, dan individu
dari populasi pantai ditumbuhkan di pegunungan, ternyata masing-masing tumbuh
sesuai dengan karakteristik asalnya. Hal ini memperlihatkan bahwa masing-masing
anggota populasi sudah sedemikian rupa terseleksi oleh alam lingkunganya dalam
waktu yang cukup lama, sehingga karakterisktik susunan genanya bersifat khusus.
Contoh-contoh lain biasanya akan diketemukan pada daerah kontinental yang luas.
Jadi suatu ras ekologi adalah juga populasi lokal yang terbentuk oleh
karakteritika individu-individunya.
Apabila perubahan lingkungan pada suatu kawasan
yang luas berubah secara teratur, maka adaptasi genetikanya akan terjadi secara
teratur pula, dan dengan demikian sebagai hasilnya akan terjadi perbedaaan yang
nyata seperti pada ras yang terbentuk adalah suatu seri tumbuhan, yang
berurutan, yang memperlihatkan keteraturan secara terus-menerus atau kontinu
dalam sifat genetikanya sebagai penentu dalam toleransi terhadap lingkunganya.
Populasi-populasi dari sekelompok organisma-organisma dengan karakteristika
yang berbeda secara teratur atau berurutan ini disebut ekoklin.
Jadi berdasarkan dua hal di atas, maka suatu
species dapat merupakan ras ekologi atau berupa kompleks dari ekoklin. Dua
pendekatan dalam kajian populasi ini, yaitu melalui ekologi populasi yang
mendalami pertumbuhan suatu populasi dan interaksi diantara populasi-populasi
yang berhubungan erat di dalam pengaruh faktor lingkungan yang terkontrol
ataupun tidak terkontrol. Pendekatan lainnya yaitu mempelajari satu atau lebih
populasi lokal dari suatu species dalam usaha untuk mempelajari genetika
species sebagai penentu toleransinya terhadap kondisi lingkungannya, kajian ini
disebut ekologi gena atau ekologi fisiologi perbandingan. Pembahasan
selanjutnya akan ditekankan pada ekologi populasi.
Besarnya suatu populasi di suatu kawasan tertentu
biasanya dinyatakan dalam suatu peristilahan kerapatan atau kepadatan populasi.
Kerapatan populasi dapat dinyatakan dalam: jumlah individu persatuan luas, atau
dapat pula dinyatakan dalam biomasa persatuan luas (bila populasi tersebut
dibentuk oleh individu-individu dengan ukuran berbeda, ada kecambah, ada anakan
dan tumbuhan dewasa serta tumbuhan tua).
Dalam perjalanan waktu suatu populasi besarannya
akan mengalami perubahan. Dalam mempelajari perubahan-perubahan ini pengertian
kecepatan memegang peranan penting, dan perubahan populasi ini sangat
ditentukan oleh berbagai faktor (kelahiram atau regenerasi: kematian,
perpindahan masuk, dan perpindahan keluar). Dalam ekologi tumbuhan dinamika
populasi ini merupakan kajian yang menarik dikaitkan dengan kajian suksesi,
lihat pembahasan suksesi. Besarnya populasi tumbuhan di alam sangat ditentukan
oleh kapasitas tampungnya, yaitu jumlah terbanyak individu yang dapat ditampung
dalam suatu ekosistem dimana organisma itu masih dapat hidup. Dalam keadaan ini
persaingan intra species adalah dalam keadaan maksimal yang dapat ditanggung
oleh organisma tersebut.
Meskipun dalam pembahasan di atas populasi
seolah-olah tetap pada kapasitas tampungnya, tetapi pada kenyataanya
berkecenderungan untuk berfluktuasi di atas dan di bawah kapasitas tampungnya.
Berbagai factor sebagai pendorong untuk terjadinya fluktuasi ini, yaitu:
perubahan musim yang menyebabkan perubahan-perubahan faktor fisika dan mungkin
juga kimia lingkungannya. Contoh yang menarik adalah kenaikan jumlah plankton
yang sangat menyolok pada musim tertentu, disebut ”plankton bloom”.
Fluktuasi tahunan yang disebabkan:
a.
Faktor dalam, misalnya karakteristika
atu toleransi yang berada antara tumbuhan dewasa dengan kecambah dan anakan
pohonnya.
b.
Faktor luar, misalnya intraksi dengan
populasi lain, baik tumbuhan maupun hewan.
2.2. Pola Penyebaran Individu
Pola adalah
distribusi menurut ruang. Data pola penyebaran tumbuhan dapat memberi nilai
tambah pada data densitas dari suatu spesies tumbuhan.
Penyebaran
adalah pola tata ruang individu yang satu relatif terhadap yang lain dalam
populasi. Penyebaran atau distribusi individu dalam satu populasi biasa
bermacam – macam, pada umumnya memperlihatkan tiga pola penyebaran, yaitu :
penyebaran secara acak, penyebaran secara merata, dan penyebaran berkelompok
(Rahardjanto, 2001)
v Penyebaran
secara acak jarang terdapat di alam. Penyebaran semacam ini biasanya terjadi
apabila factor lingkungannya sangat seragam untuk seluruh daerah dimana
populasi berada, selain itu tidak ada sifat-sifat untuk berkelompok dari
organisma tersebut. Dalam
tumbuhan ada bentuk – bentuk organ tertentu yang menunjang untuk terjadinya
pengelompokan tumbuhan. Pola
peneyebaran secara acak dapat dilihat jika jarak, lokasi, sembarang
tumbuhan tidak mempunyai arah dan posisi terhadap lokasi spesies yang sama.
v Penyebaran
secara merata umum terdapat pada tumbuhan. Penyebaran semacam ini terjadi
apabila ada persaingan yang kuat di antara individu-individu dalam populasi
tersebut. Pada tumbuhan misalnya persaingan untuk mendaptkan nutrisi dan ruang.
Pola penyebaran teratur jika
secara reguler dapat ditemui pada perkebunan, agricultur yang lebih diutamakan efektifitas dan
efisiensi lahan.
v Penyebaran secara berkelompok adalah yang
paling umum terdapat di alam, terutama untuk hewan. Pola penyebaran mengelompok (Agregated atau
undispersed), menunjukan bahwa hadirnya suatu tumbuhan akan memberikan indikasi
untuk menemukan tumbuhan yang sejenis. Anggota tumbuhan yang ditemukan lebih
banyak ditemukan secara mengelompok dikarenakan ada beberapa alasan :
1) Reproduksi tumbuhan
yang menggunkan
a) Ruuner atau
rimpang.
b) Reproduksi tumbuhan
yang menggunakan biji cenderung jatuh di sekitar induk.
2) Lingkungan /habitat
mikro pada tiap spesies yang mempunyai kesamanan pada anggota spesies. Habitat
dikatakan homogen pada lingkungan makro, namun pada lingkungan mikro sangat
berbeda. Mikrositus yang paling cocok untuk suatu spesies cenderung ditempati lebih padat untuk spsies yang sama.
Pengelompokan ini terutama disebabkan oleh
berbagai hal:
1.
Respons dari organisma terhadap
perbedaan habitat secara lokal
2.
Respons dari organisma terhadap
perubahan cuaca musiman
3.
Akibat dari cara atau proses
reporduksi/regenerasi
4. Sifat-sifat organisma dengan organ
vegetatifnya yang menunjang untuk terbentuknya kelompok atau koloni.
Dalam ekologi populasi ini dikembangkan suatu cara
untuk memahami pola distribusi dari individu dalam populasinya, diantaranya
yaitu dengan memanfaatkan penyebaran Poisson dengan asumsi pertama
individu-individu menyebar secara acak. Perlu diingat cara ini akan memberikan
hasil yang baik apabila jumlah individu setiap satu meter perseginya adalah
rendah. Berdasarkan asumsi penyebaran individu-individu adalah acak maka dapat
didefenisikan bahwa varians (V) adalah sama dengan harga rata-rata (m), jadi
apabila varians lebih besar dari harga rata-rata maka penyebaran individu
adalah berkelompok, dan sebaliknya apabila varians lebih kecil dari harga
rata-rata maka penyebarannya merata.
2.3. Susunan Individu Berdasarkan Waktu
Susunan individu dalam populasi dapat dikaji
berdasarkan skala waktu yang meliputi kelahiran, kematian, laju reproduksi dan
masa hidup (umur). Ilmu yang mempelajarinya disebut Demography. Tiap individu
dalam populasi memiliki sifat-sifat tersendiri dalam laju kelahiran, kelompok umur
dan rata-rata masa hidup. Tidak seperti hewan yang berhenti tumbuh setelah
dewasa, tumbuhan perennial memiliki meristem primer dan sekunder yang secara
teoritis mampu tumbuh bertambah besar dan panjang selamanya. Selain itu
beberapa jenis tumbuhan dapat bereproduksi secara vegetatif sehingga individu
tersebut dapat terus hidup melalui perwakilan tubuhnya yang telah menjadi
individu baru dengan ciri genetik yang sama. Oleh karena itu makhluk hidup yang
memiliki umur paling lama di dunia adalah tumbuhan, seperti lichen dapat
berumur sampai 4500 tahun, klon shrub 3000 – 4000 tahun, pohon conifer 5000
tahun. Beberapa benih tumbuhan tertentu dapat mengalami dormansi sampai selama
1000 – 10.000 tahun. Namun demikian sebagian besar akhirnya mati karena
serangan penyakit, kerusakan fisik, pemangsaan hewan atau perubahan lingkungan.
Tumbuhan memiliki beberapa problem dalam
studi-studi demography dibanding hewan. Konsep individu dipaksakan pada
golongan yang dapat bereproduksi secara vegetatif melalui rizhom, stek atau
bagian tubuh lainnya. Dengan cara ini individu dapat meluas menutupi area yang
luas dalam waktu yang lama sehingga terminology kematian, kelahiran dan masa
hidup menjadi berbeda dengan tumbuhan yang benar-benar satu individu. Problem
lainnya adalah waktu germinasi tidak berhubungan dengan waktu reproduksi.
Tumbuhan gurun di Timur Tengah Blepharis persica meninggalkan bijinya dalam
buah sampai 10 tahun atau lebih sampai ada hujan lebat yang melepaskannya untuk
berkecambah 3 jam kemudian. Spesies chaparral Ceanothus menghasilkan biji
dengan mantel keras yang menunda germinasi sampai beberapa tahun sehingga
sejumlah kecil biji-biji yang tumbuh tidak menggambarkan jumlah biji yang besar
dalam tanah. Tingkat plastisitas penotiphic yang ditunjukkan oleh tumbuhan
dapat begitu besar sehingga aspek-aspek demography dapat bervariasi pada
spesies yang sama dalam waktu atau ruang. Laju pertumbuhan, awal reproduksi,
ukuran tumbuhan dan masa hidup semuanya dapat dimodifikasi oleh lingkungan.
2.4. Masa Hidup
Ada lima karakteristik masa hidup tumbuhan dan
masing-masing karakteristik ini berhubungan dengan bentuk hidupnya, yaitu
tumbuhan annual, biannual, herbaceus perennial, sufrutescent shrub dan woody
perennial.
Tumbuhan
annual hidup selama satu tahun atau kurang. Rata-rata
hidup mereka adalah 1 – 8 bulan, bergantung pada spesies dan lingkungannya (
spesies gurun mungkin dapat melengkapi daur hidupnya selama 8 bulan setahun
atau 1 bulan pada daur berikutnya tergantung pada curah hujan). Tetapi ada
tumbuhan annual yang sangat singkat daur hidupnya seperti Boerrhavia repens dari Gurun Sahara, dimana masa hidup dari biji
kemudian jadi biji lagi hanya 10 hari. Tumbuhan annual biasanya termasuk
golongan herba yaitu golongan yang kehilangan meristem sekunder untuk
memproduksi jaringan kayu. Mereka mati setelah menghasilkan biji. Hal ini dapat
disebabkan oleh kehabisan nutrisi, perubahan hormon atau ketidakmampuan
jaringan nonkayu untuk tegak pada lingkungan yang tidak nyaman setelah masa
pertumbuhan.
Tumbuhan
biannual hidup selama 2 tahun, juga merupakan herbaceus.
Tahun pertama adalah masa pertumbuhan vegetatif dan reproduksi terjadi pada
tahun kedua kemudian diikuti kematian tumbuhan. Di bawah kondisi pertumbuhan
yang miskin masa vegetatif dapat lebih panjang dari satu tahun.
Tumbuhan
perennial herbaceous dapat hidup selama 20 – 30 tahun
meskipun ada jenis pengecualian yang dapat hidup 400 – 800 tahun. Tumbuhan ini
mati dan kembali ke sistem perakaran pada akhir masa pertumbuhan. Sistem
perakaran menjadi berkayu tetapi bagian diatas tanah adalah herbaceus. Mereka
memilki juvenil (anakan), masa vegetatif 2 – 8 tahun kemudian berkembang dan
bereproduksi secara periodik 2 – 3 tahun sekali atau hanya sekali pada akhir
masa hidupnya. Karena mereka kehilangan lingkaran tahunnya maka sedikit dari
tumbuhan ini yang kelihatan telah tua dan untuk menentukan usianya dapat dengan
cara menghitung daun-daun yang luka atau berparut-parut atau dengan
menduga-duga laju penyebaran gerombolnya.
Tumbuhan shrub
sufrutescent (sub-shrub) adalah jenis perantara dari
perennial herbaceus dan shrub sejati. Mereka berkembang perennial, jaringan
kayu hanya pada daerah dekat pangkal batang dan sisa batang keatasnya merupakan
herbaceus yang kemudian kembali mati tiap tahun. Mereka umumnya berukuran kecil
kira-kira 25 cm dan hidupnya lebih singkat dibanding shrub sejati.
Tumbuhan
perennial woody (berkayu : pohon dan shrub) memiliki
hidup paling panjang : shrub 30 – 50 tahun, pohon angiosperm 200 – 300 tahun
dan pohon conifer 500 – 1000 tahun. Perennial berkayu menghabiskan 10% pertama
dari masa hidupnya sebagai anakan yang seluruhnya merupakan fase vegetatif,
kemudian masuk fase kombinasi vegetatif dan reproduksi dan mencapai puncak fase
reproduksi beberapa tahun sebelum kematiannya.
2.5. Struktur Umur
Tiap individu dalam populasi selama masa hidupnya
dapat dibagi atas 8 fase yaitu (1) benih yang mampu tumbuh (2) semai (3) anakan
(4) vegetatif remaja (immature) (5) vegetatif dewasa (mature) (6) masa awal
reproduksi (7) vigor maksimum (reproduksi dan vegetatif) dan (8) senescent.
Jika suatu populasi hanya memiliki 4 – 5 fase yang pertama menunjukkan populasi
ini merupakan populasi pengganti dan merupakan bagian dari komunitas seral.
Jika populasi memiliki ke delapan fase menunjukkan populasi yang stabil dan
merupakan bagian dari komunitas klimaks. Dan jika populasi hanya memiliki 4
fase yang terakhir berarti populasi tidak dapat memelihara diri sendiri dan
merupakan bagian dari komunitas seral. Mengetahui distribusi umur dari suatu
populasi memungkinkan kita untuk menggunakan demography sebagai penduga dalam
komunitas ekologi.
Telah diuraikan bahwa pupulasi tidak bersifat
statis. Individu baru akan muncul dari waktu ke waktu. Sedangkan yang tua akan
mati dan hilang dalam ekosistemnya.
Ø Apabila
pertambahan baru lebih banyak jika dibandingkan dengan yang mati maka populasi
mengarah ke bertambah besar.
Ø Sebaliknya
apabila yang mati tua lebih banyak daripada yang baru muncul maka populasinya
mengecil.
Untuk mengambarkan apakah populasi suatu jenis
tumbuhan di komunitasnya berkembang atau mengecil, dalam ekologi populasi
sering dijabarkan dengan gambaran struktur umur dari populasi tadi.
Dalam ekologi tumbuhan untuk menggambarkan
struktur umur dari populasi ini sering dinyatakan dengan diameter pohon sebagai
gambaran dari kelas umur. Dalam hal ini adanya korelasi antara diameter pohon
dengan umur tumbuhan dijadikan dasar pemikiran. Biasanya kelas umur tersebut
adalah;
Ø Kecambah,
diameternya kurang dari 5 cm
Ø Anakan
pohon, diameternya 10 cm – 20 cm
Ø Muda,
diameternya 21 cm – 30 cm
Ø Dewasa,
diameternya 31 cm – 40 cm
Ø Tua,
diameternya diatas 40 cm
2.6. Kurva Kehidupan
Jika kita mengamati individu-individu dalam
populasi dari mulai lahir sampai mati maka kita dapat menggambarkannya dalam 3
tipe kurva berdasarkan tiap pertambahan umur. Tipe I populasi sedikit mati pada
masa muda dan sebaliknya banyak mati pada saat dewasa dengan masa hidup yang
pendek. Tipe II populasi memiliki kematian yang konstan pada semua tingkat
umur. Tipe III populasi memiliki kematian yang tinggi pada masa muda. Individu
sedikit yang dapat hidup mencapai dewasa memiliki resiko kematian yang rendah
dan melanjutkan kehidupan yang lama.
2.7.
Alokasi Sumber-Sumber Kehidupan
Spesies tumbuhan memiliki pola alokasi
sumber-sumber kehidupan yang membuatnya tetap bertahan dari kepunahan.
Pola-pola ini telah dihasilkan dan diperhalus melalui seleksi alam. Pola
alokasi sumber-sumber dari tiap spesies sebagian ditentukan oleh nichenya.
Organisme memiliki sejumlah energi dan waktu yang terbatas untuk melengkapi
siklus hidupnya. Waktunya sendiri tidak dialokasikan tetapi penting dalam
perolehan energi fotosintetik dan dalam pemanfaatan energi untuk pemeliharaan.
Sebagian dari total energi yang tersedia digunakan untuk tiap aktivitas dalam
siklus kehidupan untuk akar, batang, daun, bunga, benih atau buah dan sebagian
untuk pertumbuhan, pemeliharaan atau untuk pertahanan dari herbivor. Sejumlah
waktu dihabiskan dalam fase dorman, anakan, fase vegetatif, dewasa dan fase
reproduksi.
Organisma berada dalam sebuah kontinuitas antara 2
ekstrem strategi alokasi sumber yaitu r dan k. Strategi r yaitu tumbuhan hidup
singkat dengan cepat dewasa, menghuni habitat terbuka dalam komunitas seral dan
mencurahkan sebagian besar hasil fotositesisnya untuk menghasilkan bunga, buah
dan biji. Ukuran populasi mereka rapat tetapi tidak saling bergantung yaitu
ukuran populasinya dikendalikan oleh faktor fisik seperti kebakaran, banjir,
salju, masa kering dan lain-lain. Rumput dan jenis-jenis pioner adalah contoh
populasi strategi r. Strategi k yaitu tumbuhan memiliki masa hidup yang lama,
menghuni tempat tertutup, berada dalam seral akhir atau komunitas klimaks dan
mencurahkan sebagian kecil hasil fotosintesisnya untuk reproduksi. Ukuran
populasinya rapat dan saling bergantung yaitu ukuran populasinya dikendalikan oleh
interaksi biotik seperti kompetisi. Ukuran populasi berhubungan erat dengan
daya dukung habitat. Pohon-pohon hutan merupakan contoh tumbuhan strategi k.
EKOSISTEM
Istilah
konsekwensinya apabila salah satu komponennya terganggu, maka komponen-komponen
lainnya secara cepat atau lambat akan terpengaruh. Sistem alam ini oleh Tansley
ekosistem pertama kali diperkenalkan
oleh Tansley (1935). Ia mengemukakan bahwa hubungan timbal balik antara
komponen biotic (tumbuhan, hewan, manusia, mikroba) dengan komponen abiotik (
cahaya, udara air, tanah, dsb. ) di alam, sebenarnya merupakan hubungan antar
komponen yang membentuk system. ini berarti bawa baik dalam struktur maupun
dalam fungsi komponen-komponen tadi merupakan suatu kesatuan yang tidak
terpisahkan disebut sebagai sistem ekologi yang kemudian disingkat dan menjadi
lebih dikenal dengan istilah ekosistem.
Dalam pengertian lain
ekosistem merupakan suatu sistem dari fungsi organisme-organisme
bersama-bersama dengan lingkungan nonhidupnya. Pengertian atau konsep ini
memang terlalu luas dan fleksibel, dapat berlaku terhadap berbagai situasi,
dimana fungsi organisme bersama-sama dengan lingkungannya membentuk sistem yang
sedemikian rupa sehingga terjadi pertukaran materi diantrannya, meskipun
mungkin untuk sementara.
Ukuran dari ekosistem
ini sangat bervariasi, yang terbesar dan hampir meliputi seluruh permukaan bumi
dan sudah tentu terdiri dari kehidupan hewan dan tumbuhan yang berinteraksi
dengan lingkungan sekitarnya dikenal dengan istilah “Biosfir” atau ada pula
yang menyebutnya sebagai “ekosfir”. Untuk ukuran yang lebih kecil kita
mengenalnya sebagai hutan, sawah, kolam, danau, laut, dsb.
3.1. Konsep dasar dalam ekosistem
Ekosistem adalah unit utama dalam ekosistem yang
terdiri dari komponen-komponen abiotik dan biotic, melalui komponen-komponen
inilah terjadinya siklus materi dan lairan energi.
Dalam
menunjang siklus dan aliran ini harus diperhitungkan sejumlah struktur yang
memperlihatkan hubungan antara tanah, air, nutrisi, produsen, konsumen dan
pengurai. Fungsi dari ekosistem adalah berkaitan dengan aliran energi dan
siklus materi melalui struktur komponen-komponennya. Jumlah energi yang
mengalir melalui system alam tergantung pada jumlah energy yang difiksasi oleh
tumbuhan sebagai produsen. Energi ditransformasi dari tingkat trofik satu ke
tingkat trofik lainnya, akibatnya sebagaian akan hilang (keluar dari system)
selama transformasi. Kejadian inilah yang membatasi jumlah dan masa dari
organisme-organisme yang dapat dikelola pada setiap tingkat trofik.
Ekosistem berkecendrungan untuk menjadi matang, dalam hal ini dari yang kurang kompleks menjadi lebih
kompleks. Perubahan ini disebut suksesi. Tahanp awal dikarakterisasi oleh berlebihannya
energi potensial dan aliran energi yang relatif cepat untuk setiap unit
biomasa. Dalam ekosistem yang matang sedikit limbah dan akumulasi energi karena
energy mengalir melalui saluran-saluran yang bercabang-cabang.
Unit fungsional utama dari ekosistem adalah
populasi, yang menempati suatu relung tertentu yang erat kaitannya dengan
peranan populasi tersebut dalam aliran energi dan siklus materi.
Hubungan diantara populasi akan mengahsilkan
relung baru, sehingga terjadi akumulasi jenis dalam suatu ekosistem dan
peningkatan kematangan berkembang ke proses-proses kemandirian.
Perubahan atau fluktuasi akibat eksplorasi dan
kompetisi sesamanya menghadirkan tekenan selektif yang harus dipikul oleh
populasi, organisme yang tidak mampu mengatasinya akan hilang atau mungkin
menurun populasinya untuk waktu tertentu.
Ekosistem mempunyai aspek sejarah, masa sekarang
berhubungan erat dengan masa lalu, dan masa yang dating berhubungan erat dengan
masa sekarang.
3.2. Komponen ekosistem
Secara umum terdiri atas komponen-komponen biotik
( beranekaragam makhluk hidup ) dan komponen-komponen abiotik, dan diantra
komponen-komponen itu terjadi pertukaran energi dan materi, hal inilah yang
mengkarakterisasi ekosistem tersebut. Kedua komponen ini mempunyai peranan yang
sama pentingnya dalam ekosistem. Tidak mungkin ekosistem berfungsi bila salah satunya
tidak ada.
v Komponen Biotik
Komponen
biotik ini meliputi semua kehidupan, dan berdasarkan fungsinya dalam ekosistem
dapat dibedakan dalam tiga kelompok yaitu produsen, konsumen, dan pengurai.
Produsen
merupakan organisme ototrof yang mampu menghasilkan organik pembentuk tubuhnya
dari zat-zat anorganik seperti CO2 dan mineral-mineral. Komponen
produsen dalam ekosistem adalah tetumbuhan berhijau daun, dalam proses
fotosistesis dengan bantuan sinar matahari dan berkemampuan untuk membentuk
karbohidrat dari zat-zat anorganik sederhana tadi. Karbohidrat ini merupakan
pembentuk dasar utama dari berbagai zat makanan, seperti protein dan lemak, dan
terbentuk akibaat berkombinasi dengan nutrisi penting lain sperti nitrat,
fosfat dan kalium.
Konsumen
merupakan organisme heterotrof yang menggunakan organik yang berasl dari
berbagai hasil produksi produsen. Kemudian organisme heterotrof, yang terdiri
dari hewan-hewan dan manusia menggunakan bahan organik tadi sebagai sumber
energi dan pertumbuhannya. Konsumen dpat dibedakan dalam beberapa tingkatan;
Ø Konsumen
primer (pertama), berupahewan herbivora hang makanan tumbuhan secara langsung.
Ø Konsumen
sekunder (kedua), berupa hewan-hewan pemakan herbivora. Jadi energi dari
tumbuhan untuk sampai ke hewan (karnivora) konsumen kedua ini harus melalui
herivora dahulu.
Ø Konsumen
tersier (ketiga), berupa hewan-hewan karnivora yang memakan karnivora linnya.
Pengurai
(dekomposer) merupakan organisme heterotrof yang menguraikan produsen dan konsumen yang telah mati. Dalam
proses penguraian materi organik yang kompleks akan diubah menjadi materi lebih
sederhana dan akhirnya menjadi mineral-mineral yang dimanfaatkan kembali oleh
produsen sebagai materi dasar. Pengurai ini umumnya berupa organisme mikro
seperti bakteri dan jamur yang mempunyai kecepatan metabolime yang tinggi.
Pengurai ini merupakan bagian yang
penting dalam ekosistem, tanpa adanya pengurai ini maka materi dasar akan tetap
terikat dalam bentuk molekul yang kompleks dan akan menghentikan perkembangan
selanjutnya.
Dalam aspek-aspek yang fundamentil suatu
ekosistemakan menunjukkan proses-proses sirkulasi materi, trasnformasi dan
akumulasi energi melalui aktivitas organisme-organismenya. Berbagai kegiatan biologis penging, sehubungan
dengan proses transformasi dan akumlasi materi dan energi dalam ekosistem
adalah fotosisntesis; dekomposisi; respirasi; dan predasi. Berdasarkan
proses-proses inilah maka struktur dan fungsi membentuk ekosistem yang
mempunyai kaitan yang erat satu sama lainnyal.
Komponen biotik
adalah semua komponen hidup dari suatu ekosistem, baik manusia, hewan maupun
tumbuhan yang dapat mempengaruhi masyarakat tumbuhan baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Bila dikatakan bahwa di alam ini
tidak ada satu organisme yang mampu hidup tanpa pengaruh dari organisme lainnya. Saling pengaruh mempengaruhi atau saling
ketergantungan ini meliputi berbagai hal, diantrannya dalam proses pertumbuhan,
penerimaan bahan makanan, pembiakan atau penyebarannya.
1.
Beberapa bentuk hubungan antara tumbuhan
a.
Kompetisi
Merupakan hasil dari persaingan antara individu tumbuhan
dengan individu lainnya dalam hal pemenuhan kebutuhan akan nutrisi, air,
cahaya, ruang dsb. Jadi kompetisi akan timbul apabila individu tumbuhan
mempunyai daur hidup dan keperluan lingkungan yang sama dengan individu-individu
lainnya, baik untuk jenis yang sama maupun jenis yang berbeda.
b.
Liana
Liana merupakan tumbuhan yang berakar dalam tanah dan
berusaha mempertahankan tegarnya batang dengan mempergunakan tumbuhan lain
sebagai penopang/penolongnya. Strategi yang dipergunakan adalah untuk
mendapatkan sejumlah cahaya melimpah untuk keperluan fotosintesisnya, sehingga
letak daun-daunya jauh tinggi di atas, dan juga perbungaannya, sedangkan akar
tetap berada di tanah.
Batang mempunyai karakteristika anatomi yang khusus, yaitu
terdiri dari dua bagian utama:
1).
Bagian berkayu
silindris dan dipisahkan oleh jaringan parenkhim yang vertikal.
2).
Serabut-serabut xilem
yang panjang.
Bagian berkayu teradaptasi untuk mempermudah pergerakan dan
perputaran batang sehingga mudah untuk berubah bentuk untuk memanjat atau
membelit. Kadangkala juga dilengkapi oleh strukur lainnya untuk mempermudah
panjatannya, seperti pada Cucurbitaceae dan Pasifloraceae.
c.
Epifit
Kelompok tumbuhan yang memanfaatkan tumbuhan lainnya untuk
tempat hidup secara menempel, jadi berbeda dengan parasit meraka mempunyai akar
untuk mengisap air dan nutrisi yang terlarut, dan mampu menghasilaka makanan
sendiri. Yang diperlukan oleh epifit ini adalah peneduahan dari tumbuhan lain
serta kelembaban, sehingga tidak tahan terhadap kekeringan. Contoh;
Orchidaceae, Pteridaceae, Bromeliaceae.
d.
Lumut kerak
Organisme yang terbentuk karena adanya hubungan antara satu
atau lebih jenis jamur (biasanya Ascomycetes atau Basidiomycetes) dengan satu
atau lebih ganggang hijau atau gangang biru yang bersel satu. Ganggang selalu
terdiri dari jenis yang dapat hidup bebas, tetapi, tetap jamurnya hanya khusus
teradap pada lumut kerak.
Lumut kerak ini merupakan contoh yang baik untuk simbiosis
mutualistis, hubungannya saling menguntungkan. Bebarapa pakar mengganggap
hubungan yang bersifat parasit ringan, karena jamurnya tidak bisa hidup
bebas/sendiri sedangkan ganggangnya mampu hidup tersendiri.
Jamur menerima seluruh makannya dari ganggang. Selain
melindungi jamur juga berguna bagi ganggang karena kemampuannya untuk mengikat
N dan juga dalam penyerapan air.
Lumut kerak sangat bervariasi dalam sifat dan bentuknya dan
tersebar secara luas hampir ke seluruh muka bumi. Biasanya bersifat serfit dan
sering hidup di atas batu yang tandus yang tidak memungkinkan tumbuhan lain
untuk hidup dengan baik, dengan demikian lumut kerak ini merupakan tumbuhan
pionir.
e.
Mikotrofi
Murupakan hubungan antara jamur dengan tumbuhan, biasanya
jamur bersatu dengan beberapa bagian tumbuhan tinggi ( akar ), pembentuk bagian
yang disebut mikorisa.
Dikenal ada dua bentuk mikorisa ini, yaitu :
1.
Ektotrofi, miselia
membentuk lapisan tebal menutupi permukaan akar, dan mempunyai hifa yang
menonjol keluar. Contohnya; Pinaceae, dan Amentiferae.
2.
Endotrofi, hifa masuk
ke protoplast dari jaringan parenkhim dari akar, dan sebagian keluar menembus
tanah. Contohnya; Ericaceae, dan Orchidaceae.
2.
Pengaruh hewan terhadap tumbuhan
a.
Perusakan
Hubungan ini timbul akibat
peranan tumbuhan sebagai sumber pakan bagai hewan, baik seluruhnya maupun sebagian.
Di samping akibat yang langsung melalui pproses pemakanan, jujga kerusakan ini
biasa ditimbulkan akibat injakan-injakan hewan perumput.
Di alam biasanya kedua proses itu
terjadi bersamaan dan sering menjadi faktor pembatas untuk penyebaran tumbuhan,
dan juga dapat menghasilkan bentuk-bentuk morfologi khusus sebagai adaptasinya,
yang pada akhirnya akan menghasilkan masyarakat tumbuhan yang karakteristik.
b.
Penyerbukan oleh
hewan
Salah satu hubungan yang utama
antara hewan dan tumbuhan adalah dalam proses penyerbukan atau pemindahan
tepung asari ke kepala putik. Serangga biasanya merupakan hewan penyerbuk atau polinator utama, tetapi
kadang kala dapat juga dilakukan oleh hewan lainnya seperti burung, kelelawar,
dan sudah terang manusia.
Zoidiogami adalah penyerbukan
dengan bantuan hewan. Zoidiogami terjadi pada tumbuhan yang memiliki bunga
dengan ciri-ciri: bunga berukuran besar; mahkota bunga berwarna mencolok dengan
aroma khas; memiliki kelenjar madu; serbuk sari bersifat lengket (mudah
melekat). Zoidiogami dapat terjadi pada jambu, mangga, jeruk, dan pepaya.
Zoidiogami dibedakan berdasarkan jenis hewan yang membantu penyerbukan.
Misalnya. Entomogami (penyerbukan dengan bantuan serangga, antara lain
lalat, kumbang, dan lebah), malakogami (penyerbukan dengan
bantuan siput/bekicot), dan kiropterogani (penyerbukan dengan
bantuan kelelawar).
Tumbuhan yang penyerbukannya
dilakukan oleh serangga dikenal dengan istilah entomogami,
biasanya mempunyai karakteristika tersendiri, yaitu;
Ø Perhiasan
bungan berkembang dengan baik.
Ø Tepung
sari berkumpul pada suatu kelompok.
Ø Putik
berbentuk tongkat.
Ø Sering
bunga dilengkapi dengan nektar.
Serangga biasanya mengunjungi bunga untuk
mengambil madu dan tepung sari sebagai makanannya. Tepung sari melekat pada
tubuhnya yang berbulu sehingga terjadi perpindahan dari satu bunga ke bunga
lainnya, dan mempunyai kesempatan tepung sari ini untuk menempel di kepala
putik, maka terjadilah hubungan bersifat simbiosis.
Penyebaran oleh hewan
Zoidiogami (zookhori)
1.
Endozookhori
Alat penyebar, buah dimakan oleh hewan tetapi karena bijinya
dilapisi oleh kulit luar yang keras maka tidak dapat dicernanya, yang kemudian
akan keluar bersama faeces. Contoh; kopi oleh luak, Rubus oleh berbagai jenis
burung, dan aren oleh luak.
2.
Epizookhori
Alat penyebar dilengkapi oleh struktur khusus sehingga biji
atau buah terbawa ke tempat yang jauh. Contoh, Urena lobate, Bidens sp. Andropogon aciculatus, dll.
c.
Penyerbukan dengan bantuan manusia (antropogami),
sampainya serbuk sari ke kepala putik dengan bantuan manusia. Hal ini terjadi
karena tidak ada perantara yang membantu penyerbukan. Penyerbukan ini dapat
terjadi pada vanili dan beberapa jenis anggrek. Penyerbukan ini dilakukan untuk
mendapatkan jenis bibit baru yang unggul. Berdasarkan asal serbuk sari yang jatuh
ke kepala putik. penyerbukan dapat dibedakan sebagai berikut.
1.
Penyerbukan sendiri (autogami),
terjadi apabila serbuk sari yang jatuh ke kepala putik berasal dari benang
sari bunga itu sendiri. Jika terjadinya penyerbukan pada saat bunga masih
kuncup, disebut kleistogami.
2.
Penyerbukan tetangga
(geitonogami), terjadi apabila serbuk sari yang
jatuh ke kepala putik berasal dari benang sari bunga lain dalam satu tanaman.
3.
Penyerbukan silang (allogami),
terjadi apabila serbuk sari yang jatuh ke kepala putik berasal dari benang sari
bunga tanaman lain yang termasuk satu jenis (spesies).
4.
Penyerbukan bastar,
terjadi apabila serbuk sari yang jatuh ke kepala putik berasal dari benang sari
bunga tanaman lain yang sejenis, tetapi berbeda varietas, misalnya bunga mangga
manalagi diserbuki bunga mangga golek.
3.
Tumbuhan karnivora
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang mencerna
hewan, biasanya serangga, dalam menambah keperluannya akan zat lemas. Hal ini
dimungkinkan karena tumbuhan tersebut dilengkapi oleh struktur organ terentu
berupa kantung yang diisi oleh cairan hasil ekskresi berupa enxima proteolitik,
biasanya kantung ini merupakan modifikasi dari organ daun. Contoh; Nephentes sp, Utricularia sp.
Pengelompokan ini terutama disebabkan oleh berbagai hal:
Casinos Near Harris, CA - Mapyro
BalasHapusFind 경상남도 출장샵 Casinos 원주 출장안마 Near Harris, CA near Harris, 사천 출장안마 California near Houston, United States on Mapyro. 대전광역 출장샵 Near the casino, the property is 구리 출장안마 owned by Harrah's.