Jumat, 12 September 2014

Sejarah Perkembangan Ekologi

"Sejarah Perkembangan Ekologi Tumbuhan"

 

  • Sejarah Perkembangan Ekologi

Sesungguhnya sangatlah sulit untuk menelusuri kapan kajian ekologi dimulai. Istilah ekologi diperkenalkan oleh Ernst Haecckel (1869) dengan pengertian : Ekologi adalah disiplin ilmu yang mempelajari seluk beluk ekonomi alam, sesuatu kajian mengenai hubungan anorganik serta lingkungan organik di sekitarnya yang kemudian pengertian ini diperluas, yang umumnya tertera dalam berbagai kamus dan ensiklopedia, menjadi kajian mengenai hubungan timbale balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Berdasarkan pengertian tadi, sebenarnya Theophrastus seorang sahabat dan rekan kerja dari Aristoteles telah banyak menulis tentang hubungan timbal balik antara organisma hidup dengan lingkungannya. Tetapi yang dianggap sebagai pemula dan mengarah pada kajian yang bersifat modern adalah para ahli geografi tumbuhan seperti Humboldt, de Condolle, Engler, Gray dan Kerner. Mereka menulis tentang distribusi tumbuh-tumbuhan, meskipun banyak hal-hal yang masih belum terjawab dengan sempurna sampai sekarang. Dasar-dasar dalam geografi tumbuhan ini merupakan pangkal dan kemudian berkembang menjadi kajian komunitas tumbuhan atau ekologi komunitas.
Kajian ekologi komunitas ini kemudian berkembang ke dalam dua kutub, yaitu di Eropa yang dipelopori oleh Braun-Blanquet (1932) yang kemudian dikembangkan oleh para ahli lainnya. Mereka tertarik dengan komposisi, struktur dan distribusi dari komunitas. Kutub lainnya di Amerika, seperti para pakar ekologi tumbuhan Cowles (1899): Clements (1916) dan Gleason (1926) yang mempelajari perkembangan dan dinamika komunitas tumbuhan. Sedangkan Shelford (1913, 1937), Adams (1909), dan Dice (1943) di Amerika, serta Elton (1927) di Inggris mengungkapkan hubungan timbal balik antara tumbuhan dengan hewan. ada saat yang bersaman perhatian terhadap dinamika populasi juga banyak dikembangkan para ahli. Pendekatan secara teoritis dipelopori oleh Lotka (1925), sedangkan Voltera (1926) menstimulasi pendekatan-pendekatan secara eksperimental. Pada tahun 1935 Gause menemukan interaksi antara hewan pemangsa dengan hewan mangsanya dan hubungan kompetitif di antara species, dan pada saat yang sama pula Nicholson mempelajari kompetisi intra-species.
Kemudian Anrewtha dan Birch (1954) serta studi lapangan oleh Lack (1954) menemukan dasar-dasar yang luas untuk kajian regulasi populasi. Penemuan daerah edar dari burung oleh Howard (1920) yang kemudian dikembangkan oleh Nice (1930 dan 1940) berkembang menjadi ekologi tingkah laku. Pada tahun 1940-an dan 1950-an Lorenz dan Tinbergen mengembangkan konsep-konsep tingkah laku yang bersifat instink dan bersifat agresif. Sedangkan peranan tingkah laku sosial dalam regulasi populasi dikembangkan oleh Wynne dan Edwards (1960) secara lebih mendalam di Inggris. Didasarkan pada hasil-hasil penemuan-penemuan dari Darwin (1859), Mendel (1806) dan Wight (1931) berkembang menjadi bidang- bidang genetika populasi, kajian evolusi dan adaptasi. Pekerjaan Leibig (1840) merupakan pekerjaan awal dari kajian lingkungan nonbiotis dari organisma yang kemudian berkembang menjadi eko-klimatologi dan eko-fisiologi.
Beberapa kajian di lingkungan perairan yang kemudian berkembang menjadi ekologi energetik didasari oleh penelitian dari thienemann seorang pakar limnologi Jerman (1920) yang memperkenalkan konsep tingkat trofik dalam pengertian konsumen dan produsen. Kemudian Birge dan Juday tahun 1940-an, pakar limnologi Amerika, dengan peralatannya menguraikan budget energi dari suatu danau, dan kemudian berkembang dengan pemikirannya mengenai produksi primer dan mengelaurkan konsep-konsep ekologi mengenai dinamika tingkat trofik. Konsep-konsep ini kemudian oleh Lidenmann (1942) diperkenalkan sebagai konsep dasar dalam ekologi modern, yang kemudian oleh Hutchinson dan Odum (1950-an) diperluas sehingga menjadi pelopor dalam aliran budget energi. Studi awall mengenai siklus materi atau nutrisi dilakukan oleh Ovington (1957) di Inggris dan Australia, sedangkan di Rusia dipelopori oleh Basilevic dan Rodin pada tahun 1967.

  • Perkembangan Ekologi Tumbuhan

Ekologi berkembang melalui dua jalur, jalur hewan dan jalur tumbuhan. Para ahli ekologi tumbuhan memusatkan perhatiannya pada hubungan antara tumbuhan dengan lingkungannya. Kajian ekologi tumbuhan pula bukan hal yang baru, pada tahun 1305 Petrus de Crescetius sudah menulis suatu karangan mengenai adanya sifat persaingan hidup dalam tumbuhan. Kemudian King (1685) merupakan orang pertama yang menguraikan tentang konsep suksesi dalam komunitas tumbuhan. Warming (1891) mulai pula menguraikan tentang proses suksesi tumbuhan yang terjadi di bukit pasir sepanjang pantai Denmark. Pada saat itu memang ekologi tumbuhan telah diakui sebagai disiplin ilmu baru.
Beberapa pakar ekologi tumbuhan yang patut dicatat sebagai pelopor dalam mengembangkan kajian ini:
1.   Clements; sejak tahun 1905 menulis buku teks ekologi yang menerangkan tentang metoda pengukuran dan pemasangan kuadrat dalam kajian ekologi lapangan. Buku ini sampai sekarang dihargai sebagai dasar dalam perkembangan baru para ilmuwan lainnya.
2.   Cowles; terpengaruh oleh karya Warming mengadakan kajian dan menulis tentang suksesi tumbuhan di bukit sepanjang pesisir danau Michigan, bahkan menguraikan pula peranan iklim, fisiografi dan biota lainnya dalam suksesi ini. Seri bukunya telah dimulai sejak 1899.
3.   Tansley; menyumbangkan karya ilmiah klasiknya yang tidak tertandingi sampai sekarang yaitu buku yang berjudul ”The British Isles and Their Vegetation”.


  • Tingkat Integrasi dan Pendekatan Ekologi Tumbuhan

Sejalan dengan apa yang telah diuraikan terdahulu, ekologi tumbuhan berusaha untuk menerangkan rahasia kehidupan pada tahapan individu, populasi dan komunitas. Ketiga tingkat utama ini membentuk sistem ekologi yang dikaji dalam ekologi tumbuhan ini. Masing-masing tingkatan adalah bersifat nyata, tidak bersifat hipotetik seperti species, jadi dapat diukur dan diobservasi struktur dan operasionalnya. Individu dan populasi tidak terpisah-pisah, mereka membentuk asosiasi dan terorganisasi dalam pemanfaatan energy dan materi membentuk suatu masyarakat atau komunitas dan berintegrasi dengan faktor lingkungan di sekitarnya membentuk ekosistem.
Berdasarkan tingkat integrasinya maka secara ilmu, kajian ekologi tumbuhan dapat dibagi dalam dua pendekatan, yaitu sinekologi dan autekologi.
1.   Sinekologi, yaitu Materi bahasan dalam kajian atau penelitiannya ialah komunitas dengan berbagai interaksi antar populasi yang terjadi dalam komunitas tersebut. Berdasarkan falsafah dasar bahwa tumbuhan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang dinamis. Masyarakat tumbuhan dipengaruhi oleh dua hal, yaitu keluar masuknya unsur-unsur tumbuhan dan turun naiknya berbagai variabel lingkungan hidup. Dalam sinekologi komunitas tumbuhan atau vegetasi mempunyai perilaku sebagai suatu organisma utuh. Vegetasi bisa lahir, tumbuh, matang dan akhirnya mati. bidang kajian utama dalam sinekologi adalah bidang kajian tentang analisis ekosistem
2.   Autekologi, yaitu kajian atau penelitian tentang species, yaitu mengenai aspek-aspek ekologi dari individu-individu atau populasi suatu species tumbuhan. Falsafah yang mendasarinya adalah dengan memandang tumbuhan sebagai ukuran yang menggambarkan kondisi lingkungan sekitarnya. Clements menyatakan bahwa setiap tumbuhan adalah alat pengukur bagi keadaan lingkungan hidup tempat ia tumbuh. Dalam hal ini paling sedikit yang dimaksud dengan alam lingkungannya adalah iklim dan tanah.
Dari kajian ini lahir bidang kajian yang menilai bahwa tumbuhan adalah sebagai indikator alam atau indicator lingkungan hidup. Bidang kajian ini dikenal dengan ekologi fisiologi. Perbedaan dari kedua bidang kajian ini adalah;
Sinekologi
Ø  Bersifat filosofis
Ø  Deduktif
Ø  Deskriptif (umumnya)
Ø  Sulit dengan pendekatan rancangan percobaan atau eksperimental design
Autekologi
Ø  Bersifat ekperimental
Ø  Induktif
Ø  Kuantitatif
Ø  Dapat dilakukan berdasar rancangan percobaan atau ”eksperimental design”
Kajian ekologi secara umum
v  Bagaimana alam bekerja
v  Bagaimana suatu spesies beradaptasi dalam habitatnya
v  Apa yang mereka perlukan dari habitatnya itu untuk dimanafaatkan guna melangsungkan kehidupan
v  Bagaimana mereka mencukupi kebutuhannya akan unsur hara (materi) dan energi
v  Bagaimana mereka berinteraksi dengan spesies lainnya
v  Bagaimana individu-individu dalam spesies itu diatur dan berfungsi sebagai populasi
v  Bagaimana keindahan ekosistem tercipta

POPULASI

Populasi merupakan sekelompok organisma dari spesies yang sama yang menempati suatu ruang tertentu, dan mampu melakukan persilangan diantaranya dengan menghasilkan keturunan yang fertil. Dengan demikian hubungan antara organisma satu dengan organisma lainnya dalam populasi dapat melalui dua jalan yaitu hubungan genetika dan hubungan ekologi.
Populasi tumbuhan dengan dinamikanya dapat diamati dengan melihat penyebarannya   permukaan bumi, jarak yang tidak sama antara tumbuhan satu dan tumbuhan lainnya disebabkan karena perbedaan lingkungan, sumber daya, tetangga dan gangguan.
Perbedaan lingkungan tidak hanya mempengaruhi dan memodifikasi distribusi dan kelimpahan individu, tetapi sekaligus merubah laju pertumbuhan, produksi biji, pola percabangan, area daun, area akar, dan ukuran individu.
Penyebaran tumbuhan, kelulushidupan, pola pertumbuhan serta kecepatan reproduksi semuanya mencerminkan adaptasi tumbuhan tersebut dengan lingkungannya.

2.1. Populasi Lokal dan Ras Ekologi
Dalam situasi tertentu sekelompok individu ada kemungkinan secara genetika terisolasi, persilangan hanya memungkinkan terjadi diantara anggota kelompok itu sendiri. Kelompok organisma-organisma yang terisolasi tersebut biasanya disebut ”populasi lokal”.
Populasi lokal adalah merupakan unit dasar dalam proses evolusi, pertukaran gen terjadi secara terus-menerus dalam waktu yang relatif lama shingga terjadi struktur gena yang khusus untuk kelompok tersebut dan akan berbeda dengan struktur gena populasi lokal lainnya meski untuk species yang sama. Hal ini dikarenakan adanya seleksi alami yang beroperasi terhadapnya, sehingga menghasilkan individu-individu dengan susunan gena yang memberi kemungkinan untuk bertahan terhadap lingkungan lokal, dan akan berkembang dalam jumlah yang semakin banyak jika dibandingkan dengan individu-individu yang tidak tahan.
Salah satu jalan suatu populasi lokal dapat teradaptasi terhadap suatu lingkungan adalah dengan pengembangan dan pengelolaan diversitas genetikanya melalui reproduksi seksual dalam populasi. Hasilnya adalah sekelompok atau susunan individu-individu yang masing-masing berbeda dalam toleransinya terhadap lingkungan, salah satunya ada kemungkinan mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam toleransinya terhadap kondisi lingkungan yang ekstrim daripada rata-rata anggota populasi lainnya. Dengan demikian kehetrogenan struktur gena dari anggota populasi mempersiapkan populasi terhadap kehancurnnya akibat lingkungan, misal terhadap kemarau yang panjang.
Hal yang sejalan terjadi pula dalam kurun waktu yang relatif lama dan lamban sebagai reaksi terhadap perubahan iklim, dalam hal ini bisa ratusan bahkan ribuan tahun. Dengan demikian keheterogenan struktur gena merupakan cara dalam mempertahankan hidup atau kelulusan hidup, dan ini sebagai mekanisma teradaptasinya suatu populasi akibat seleksi alami.
Dalam suatu kawasan yang secara umum mempunyai kondisi yang relatif sama, populasi lokal dari species yang ada berkecenderungan untuk memperlihatkan toleransi terhadap lingkungan yang relatif sama pula, tetapi akan berbeda toleransinya dengan species lokal lainnya (dari species yang sama) yang berada pada kondisi iklim yang berbeda.
Populasi lokal seperti ini biasa dikenal dengan ras ekologi. Contoh yang terkenal dari ras ekologi adalah di Skandinavia dimana terdapat dua populasi yang secara sistematik dimasukkan dalam satu species yang sama meskipun kedua populasi ini mempunyai karakteristika yang berbeda. Populasi di daerah pegunungan mempunyai karakteristika bentuk morfologi yang kerdil dan berbunga cepat, sedangkan populasi di daerah pantai bentuk morfologinya tinggi tetapi berbunga lambat. Orang semula memperkirakan bila individu dari populasi di pegunungan dipindahkan atau ditumbuhkan di pantai maka akan tumbuh dengan karakteristika populasi pantai, demikian pula sebaliknya.
Akan tetapi setelah Goete Turesson mencobanya, yaitu individu dari populasi pegunungan ditumbuhkan di pantai, dan individu dari populasi pantai ditumbuhkan di pegunungan, ternyata masing-masing tumbuh sesuai dengan karakteristik asalnya. Hal ini memperlihatkan bahwa masing-masing anggota populasi sudah sedemikian rupa terseleksi oleh alam lingkunganya dalam waktu yang cukup lama, sehingga karakterisktik susunan genanya bersifat khusus. Contoh-contoh lain biasanya akan diketemukan pada daerah kontinental yang luas. Jadi suatu ras ekologi adalah juga populasi lokal yang terbentuk oleh karakteritika individu-individunya.
Apabila perubahan lingkungan pada suatu kawasan yang luas berubah secara teratur, maka adaptasi genetikanya akan terjadi secara teratur pula, dan dengan demikian sebagai hasilnya akan terjadi perbedaaan yang nyata seperti pada ras yang terbentuk adalah suatu seri tumbuhan, yang berurutan, yang memperlihatkan keteraturan secara terus-menerus atau kontinu dalam sifat genetikanya sebagai penentu dalam toleransi terhadap lingkunganya. Populasi-populasi dari sekelompok organisma-organisma dengan karakteristika yang berbeda secara teratur atau berurutan ini disebut ekoklin.
Jadi berdasarkan dua hal di atas, maka suatu species dapat merupakan ras ekologi atau berupa kompleks dari ekoklin. Dua pendekatan dalam kajian populasi ini, yaitu melalui ekologi populasi yang mendalami pertumbuhan suatu populasi dan interaksi diantara populasi-populasi yang berhubungan erat di dalam pengaruh faktor lingkungan yang terkontrol ataupun tidak terkontrol. Pendekatan lainnya yaitu mempelajari satu atau lebih populasi lokal dari suatu species dalam usaha untuk mempelajari genetika species sebagai penentu toleransinya terhadap kondisi lingkungannya, kajian ini disebut ekologi gena atau ekologi fisiologi perbandingan. Pembahasan selanjutnya akan ditekankan pada ekologi populasi.
Besarnya suatu populasi di suatu kawasan tertentu biasanya dinyatakan dalam suatu peristilahan kerapatan atau kepadatan populasi. Kerapatan populasi dapat dinyatakan dalam: jumlah individu persatuan luas, atau dapat pula dinyatakan dalam biomasa persatuan luas (bila populasi tersebut dibentuk oleh individu-individu dengan ukuran berbeda, ada kecambah, ada anakan dan tumbuhan dewasa serta tumbuhan tua).
Dalam perjalanan waktu suatu populasi besarannya akan mengalami perubahan. Dalam mempelajari perubahan-perubahan ini pengertian kecepatan memegang peranan penting, dan perubahan populasi ini sangat ditentukan oleh berbagai faktor (kelahiram atau regenerasi: kematian, perpindahan masuk, dan perpindahan keluar). Dalam ekologi tumbuhan dinamika populasi ini merupakan kajian yang menarik dikaitkan dengan kajian suksesi, lihat pembahasan suksesi. Besarnya populasi tumbuhan di alam sangat ditentukan oleh kapasitas tampungnya, yaitu jumlah terbanyak individu yang dapat ditampung dalam suatu ekosistem dimana organisma itu masih dapat hidup. Dalam keadaan ini persaingan intra species adalah dalam keadaan maksimal yang dapat ditanggung oleh organisma tersebut.
Meskipun dalam pembahasan di atas populasi seolah-olah tetap pada kapasitas tampungnya, tetapi pada kenyataanya berkecenderungan untuk berfluktuasi di atas dan di bawah kapasitas tampungnya. Berbagai factor sebagai pendorong untuk terjadinya fluktuasi ini, yaitu: perubahan musim yang menyebabkan perubahan-perubahan faktor fisika dan mungkin juga kimia lingkungannya. Contoh yang menarik adalah kenaikan jumlah plankton yang sangat menyolok pada musim tertentu, disebut ”plankton bloom”.
Fluktuasi tahunan yang disebabkan:
a.       Faktor dalam, misalnya karakteristika atu toleransi yang berada antara tumbuhan dewasa dengan kecambah dan anakan pohonnya.
b.       Faktor luar, misalnya intraksi dengan populasi lain, baik tumbuhan maupun hewan.

2.2.  Pola Penyebaran Individu
Pola adalah distribusi menurut ruang. Data pola penyebaran tumbuhan dapat memberi nilai tambah pada data densitas dari suatu spesies tumbuhan.
Penyebaran adalah pola tata ruang individu yang satu relatif terhadap yang lain dalam populasi. Penyebaran atau distribusi individu dalam satu populasi biasa bermacam – macam, pada umumnya memperlihatkan tiga pola penyebaran, yaitu : penyebaran secara acak, penyebaran secara merata, dan penyebaran berkelompok (Rahardjanto, 2001)
v  Penyebaran secara acak jarang terdapat di alam. Penyebaran semacam ini biasanya terjadi apabila factor lingkungannya sangat seragam untuk seluruh daerah dimana populasi berada, selain itu tidak ada sifat-sifat untuk berkelompok dari organisma tersebut. Dalam tumbuhan ada bentuk – bentuk organ tertentu yang menunjang untuk terjadinya pengelompokan tumbuhan. Pola  peneyebaran secara acak dapat dilihat jika jarak, lokasi, sembarang tumbuhan tidak mempunyai arah dan posisi terhadap lokasi spesies yang sama.
v  Penyebaran secara merata umum terdapat pada tumbuhan. Penyebaran semacam ini terjadi apabila ada persaingan yang kuat di antara individu-individu dalam populasi tersebut. Pada tumbuhan misalnya persaingan untuk mendaptkan nutrisi dan ruang. Pola penyebaran teratur jika secara reguler dapat ditemui pada perkebunan, agricultur  yang lebih diutamakan efektifitas dan efisiensi lahan.
v  Penyebaran secara berkelompok adalah yang paling umum terdapat di alam, terutama untuk hewan. Pola penyebaran mengelompok (Agregated atau undispersed), menunjukan bahwa hadirnya suatu tumbuhan akan memberikan indikasi untuk menemukan tumbuhan yang sejenis. Anggota tumbuhan yang ditemukan lebih banyak ditemukan secara mengelompok dikarenakan ada beberapa alasan :
1)     Reproduksi tumbuhan yang menggunkan
a)  Ruuner atau rimpang.
b)  Reproduksi tumbuhan yang menggunakan biji cenderung jatuh di sekitar induk.
2)  Lingkungan /habitat mikro pada tiap spesies yang mempunyai kesamanan pada anggota spesies. Habitat dikatakan homogen pada lingkungan makro, namun pada lingkungan mikro sangat berbeda. Mikrositus yang paling cocok untuk suatu spesies cenderung  ditempati lebih padat untuk spsies yang sama.
Pengelompokan ini terutama disebabkan oleh berbagai hal:
1.      Respons dari organisma terhadap perbedaan habitat secara lokal
2.      Respons dari organisma terhadap perubahan cuaca musiman
3.      Akibat dari cara atau proses reporduksi/regenerasi
4. Sifat-sifat organisma dengan organ vegetatifnya yang menunjang untuk terbentuknya kelompok atau koloni.
  
Dalam ekologi populasi ini dikembangkan suatu cara untuk memahami pola distribusi dari individu dalam populasinya, diantaranya yaitu dengan memanfaatkan penyebaran Poisson dengan asumsi pertama individu-individu menyebar secara acak. Perlu diingat cara ini akan memberikan hasil yang baik apabila jumlah individu setiap satu meter perseginya adalah rendah. Berdasarkan asumsi penyebaran individu-individu adalah acak maka dapat didefenisikan bahwa varians (V) adalah sama dengan harga rata-rata (m), jadi apabila varians lebih besar dari harga rata-rata maka penyebaran individu adalah berkelompok, dan sebaliknya apabila varians lebih kecil dari harga rata-rata maka penyebarannya merata.

2.3.  Susunan Individu Berdasarkan Waktu
Susunan individu dalam populasi dapat dikaji berdasarkan skala waktu yang meliputi kelahiran, kematian, laju reproduksi dan masa hidup (umur). Ilmu yang mempelajarinya disebut Demography. Tiap individu dalam populasi memiliki sifat-sifat tersendiri dalam laju kelahiran, kelompok umur dan rata-rata masa hidup. Tidak seperti hewan yang berhenti tumbuh setelah dewasa, tumbuhan perennial memiliki meristem primer dan sekunder yang secara teoritis mampu tumbuh bertambah besar dan panjang selamanya. Selain itu beberapa jenis tumbuhan dapat bereproduksi secara vegetatif sehingga individu tersebut dapat terus hidup melalui perwakilan tubuhnya yang telah menjadi individu baru dengan ciri genetik yang sama. Oleh karena itu makhluk hidup yang memiliki umur paling lama di dunia adalah tumbuhan, seperti lichen dapat berumur sampai 4500 tahun, klon shrub 3000 – 4000 tahun, pohon conifer 5000 tahun. Beberapa benih tumbuhan tertentu dapat mengalami dormansi sampai selama 1000 – 10.000 tahun. Namun demikian sebagian besar akhirnya mati karena serangan penyakit, kerusakan fisik, pemangsaan hewan atau perubahan lingkungan.
Tumbuhan memiliki beberapa problem dalam studi-studi demography dibanding hewan. Konsep individu dipaksakan pada golongan yang dapat bereproduksi secara vegetatif melalui rizhom, stek atau bagian tubuh lainnya. Dengan cara ini individu dapat meluas menutupi area yang luas dalam waktu yang lama sehingga terminology kematian, kelahiran dan masa hidup menjadi berbeda dengan tumbuhan yang benar-benar satu individu. Problem lainnya adalah waktu germinasi tidak berhubungan dengan waktu reproduksi. Tumbuhan gurun di Timur Tengah Blepharis persica meninggalkan bijinya dalam buah sampai 10 tahun atau lebih sampai ada hujan lebat yang melepaskannya untuk berkecambah 3 jam kemudian. Spesies chaparral Ceanothus menghasilkan biji dengan mantel keras yang menunda germinasi sampai beberapa tahun sehingga sejumlah kecil biji-biji yang tumbuh tidak menggambarkan jumlah biji yang besar dalam tanah. Tingkat plastisitas penotiphic yang ditunjukkan oleh tumbuhan dapat begitu besar sehingga aspek-aspek demography dapat bervariasi pada spesies yang sama dalam waktu atau ruang. Laju pertumbuhan, awal reproduksi, ukuran tumbuhan dan masa hidup semuanya dapat dimodifikasi oleh lingkungan.

2.4.  Masa Hidup
Ada lima karakteristik masa hidup tumbuhan dan masing-masing karakteristik ini berhubungan dengan bentuk hidupnya, yaitu tumbuhan annual, biannual, herbaceus perennial, sufrutescent shrub dan woody perennial.
Tumbuhan annual hidup selama satu tahun atau kurang. Rata-rata hidup mereka adalah 1 – 8 bulan, bergantung pada spesies dan lingkungannya ( spesies gurun mungkin dapat melengkapi daur hidupnya selama 8 bulan setahun atau 1 bulan pada daur berikutnya tergantung pada curah hujan). Tetapi ada tumbuhan annual yang sangat singkat daur hidupnya seperti Boerrhavia repens dari Gurun Sahara, dimana masa hidup dari biji kemudian jadi biji lagi hanya 10 hari. Tumbuhan annual biasanya termasuk golongan herba yaitu golongan yang kehilangan meristem sekunder untuk memproduksi jaringan kayu. Mereka mati setelah menghasilkan biji. Hal ini dapat disebabkan oleh kehabisan nutrisi, perubahan hormon atau ketidakmampuan jaringan nonkayu untuk tegak pada lingkungan yang tidak nyaman setelah masa pertumbuhan.
Tumbuhan biannual hidup selama 2 tahun, juga merupakan herbaceus. Tahun pertama adalah masa pertumbuhan vegetatif dan reproduksi terjadi pada tahun kedua kemudian diikuti kematian tumbuhan. Di bawah kondisi pertumbuhan yang miskin masa vegetatif dapat lebih panjang dari satu tahun.
Tumbuhan perennial herbaceous dapat hidup selama 20 – 30 tahun meskipun ada jenis pengecualian yang dapat hidup 400 – 800 tahun. Tumbuhan ini mati dan kembali ke sistem perakaran pada akhir masa pertumbuhan. Sistem perakaran menjadi berkayu tetapi bagian diatas tanah adalah herbaceus. Mereka memilki juvenil (anakan), masa vegetatif 2 – 8 tahun kemudian berkembang dan bereproduksi secara periodik 2 – 3 tahun sekali atau hanya sekali pada akhir masa hidupnya. Karena mereka kehilangan lingkaran tahunnya maka sedikit dari tumbuhan ini yang kelihatan telah tua dan untuk menentukan usianya dapat dengan cara menghitung daun-daun yang luka atau berparut-parut atau dengan menduga-duga laju penyebaran gerombolnya.
Tumbuhan shrub sufrutescent (sub-shrub) adalah jenis perantara dari perennial herbaceus dan shrub sejati. Mereka berkembang perennial, jaringan kayu hanya pada daerah dekat pangkal batang dan sisa batang keatasnya merupakan herbaceus yang kemudian kembali mati tiap tahun. Mereka umumnya berukuran kecil kira-kira 25 cm dan hidupnya lebih singkat dibanding shrub sejati.
Tumbuhan perennial woody (berkayu : pohon dan shrub) memiliki hidup paling panjang : shrub 30 – 50 tahun, pohon angiosperm 200 – 300 tahun dan pohon conifer 500 – 1000 tahun. Perennial berkayu menghabiskan 10% pertama dari masa hidupnya sebagai anakan yang seluruhnya merupakan fase vegetatif, kemudian masuk fase kombinasi vegetatif dan reproduksi dan mencapai puncak fase reproduksi beberapa tahun sebelum kematiannya.

2.5.  Struktur Umur
Tiap individu dalam populasi selama masa hidupnya dapat dibagi atas 8 fase yaitu (1) benih yang mampu tumbuh (2) semai (3) anakan (4) vegetatif remaja (immature) (5) vegetatif dewasa (mature) (6) masa awal reproduksi (7) vigor maksimum (reproduksi dan vegetatif) dan (8) senescent. Jika suatu populasi hanya memiliki 4 – 5 fase yang pertama menunjukkan populasi ini merupakan populasi pengganti dan merupakan bagian dari komunitas seral. Jika populasi memiliki ke delapan fase menunjukkan populasi yang stabil dan merupakan bagian dari komunitas klimaks. Dan jika populasi hanya memiliki 4 fase yang terakhir berarti populasi tidak dapat memelihara diri sendiri dan merupakan bagian dari komunitas seral. Mengetahui distribusi umur dari suatu populasi memungkinkan kita untuk menggunakan demography sebagai penduga dalam komunitas ekologi.
Telah diuraikan bahwa pupulasi tidak bersifat statis. Individu baru akan muncul dari waktu ke waktu. Sedangkan yang tua akan mati dan hilang dalam ekosistemnya.
Ø  Apabila pertambahan baru lebih banyak jika dibandingkan dengan yang mati maka populasi mengarah ke bertambah besar.
Ø  Sebaliknya apabila yang mati tua lebih banyak daripada yang baru muncul maka populasinya mengecil.
Untuk mengambarkan apakah populasi suatu jenis tumbuhan di komunitasnya berkembang atau mengecil, dalam ekologi populasi sering dijabarkan dengan gambaran struktur umur dari populasi tadi.
Dalam ekologi tumbuhan untuk menggambarkan struktur umur dari populasi ini sering dinyatakan dengan diameter pohon sebagai gambaran dari kelas umur. Dalam hal ini adanya korelasi antara diameter pohon dengan umur tumbuhan dijadikan dasar pemikiran. Biasanya kelas umur tersebut adalah;
Ø  Kecambah, diameternya kurang dari 5 cm
Ø  Anakan pohon, diameternya 10 cm – 20 cm
Ø  Muda, diameternya 21 cm – 30 cm
Ø  Dewasa, diameternya 31 cm – 40 cm
Ø  Tua, diameternya diatas 40 cm

2.6.  Kurva Kehidupan
Jika kita mengamati individu-individu dalam populasi dari mulai lahir sampai mati maka kita dapat menggambarkannya dalam 3 tipe kurva berdasarkan tiap pertambahan umur. Tipe I populasi sedikit mati pada masa muda dan sebaliknya banyak mati pada saat dewasa dengan masa hidup yang pendek. Tipe II populasi memiliki kematian yang konstan pada semua tingkat umur. Tipe III populasi memiliki kematian yang tinggi pada masa muda. Individu sedikit yang dapat hidup mencapai dewasa memiliki resiko kematian yang rendah dan melanjutkan kehidupan yang lama.

2.7. Alokasi Sumber-Sumber Kehidupan
Spesies tumbuhan memiliki pola alokasi sumber-sumber kehidupan yang membuatnya tetap bertahan dari kepunahan. Pola-pola ini telah dihasilkan dan diperhalus melalui seleksi alam. Pola alokasi sumber-sumber dari tiap spesies sebagian ditentukan oleh nichenya. Organisme memiliki sejumlah energi dan waktu yang terbatas untuk melengkapi siklus hidupnya. Waktunya sendiri tidak dialokasikan tetapi penting dalam perolehan energi fotosintetik dan dalam pemanfaatan energi untuk pemeliharaan. Sebagian dari total energi yang tersedia digunakan untuk tiap aktivitas dalam siklus kehidupan untuk akar, batang, daun, bunga, benih atau buah dan sebagian untuk pertumbuhan, pemeliharaan atau untuk pertahanan dari herbivor. Sejumlah waktu dihabiskan dalam fase dorman, anakan, fase vegetatif, dewasa dan fase reproduksi.
Organisma berada dalam sebuah kontinuitas antara 2 ekstrem strategi alokasi sumber yaitu r dan k. Strategi r yaitu tumbuhan hidup singkat dengan cepat dewasa, menghuni habitat terbuka dalam komunitas seral dan mencurahkan sebagian besar hasil fotositesisnya untuk menghasilkan bunga, buah dan biji. Ukuran populasi mereka rapat tetapi tidak saling bergantung yaitu ukuran populasinya dikendalikan oleh faktor fisik seperti kebakaran, banjir, salju, masa kering dan lain-lain. Rumput dan jenis-jenis pioner adalah contoh populasi strategi r. Strategi k yaitu tumbuhan memiliki masa hidup yang lama, menghuni tempat tertutup, berada dalam seral akhir atau komunitas klimaks dan mencurahkan sebagian kecil hasil fotosintesisnya untuk reproduksi. Ukuran populasinya rapat dan saling bergantung yaitu ukuran populasinya dikendalikan oleh interaksi biotik seperti kompetisi. Ukuran populasi berhubungan erat dengan daya dukung habitat. Pohon-pohon hutan merupakan contoh tumbuhan strategi k.

EKOSISTEM

            Istilah konsekwensinya apabila salah satu komponennya terganggu, maka komponen-komponen lainnya secara cepat atau lambat akan terpengaruh. Sistem alam ini oleh Tansley ekosistem pertama kali diperkenalkan  oleh Tansley (1935). Ia mengemukakan bahwa hubungan timbal balik antara komponen biotic (tumbuhan, hewan, manusia, mikroba) dengan komponen abiotik ( cahaya, udara air, tanah, dsb. ) di alam, sebenarnya merupakan hubungan antar komponen yang membentuk system. ini berarti bawa baik dalam struktur maupun dalam fungsi komponen-komponen tadi merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan disebut sebagai sistem ekologi yang kemudian disingkat dan menjadi lebih dikenal dengan istilah ekosistem.
Dalam pengertian lain ekosistem merupakan suatu sistem dari fungsi organisme-organisme bersama-bersama dengan lingkungan nonhidupnya. Pengertian atau konsep ini memang terlalu luas dan fleksibel, dapat berlaku terhadap berbagai situasi, dimana fungsi organisme bersama-sama dengan lingkungannya membentuk sistem yang sedemikian rupa sehingga terjadi pertukaran materi diantrannya, meskipun mungkin untuk sementara.
Ukuran dari ekosistem ini sangat bervariasi, yang terbesar dan hampir meliputi seluruh permukaan bumi dan sudah tentu terdiri dari kehidupan hewan dan tumbuhan yang berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dikenal dengan istilah “Biosfir” atau ada pula yang menyebutnya sebagai “ekosfir”. Untuk ukuran yang lebih kecil kita mengenalnya sebagai hutan, sawah, kolam, danau, laut, dsb.
3.1. Konsep dasar dalam ekosistem
Ekosistem adalah unit utama dalam ekosistem yang terdiri dari komponen-komponen abiotik dan biotic, melalui komponen-komponen inilah terjadinya siklus materi dan lairan energi.
Dalam menunjang siklus dan aliran ini harus diperhitungkan sejumlah struktur yang memperlihatkan hubungan antara tanah, air, nutrisi, produsen, konsumen dan pengurai. Fungsi dari ekosistem adalah berkaitan dengan aliran energi dan siklus materi melalui struktur komponen-komponennya. Jumlah energi yang mengalir melalui system alam tergantung pada jumlah energy yang difiksasi oleh tumbuhan sebagai produsen. Energi ditransformasi dari tingkat trofik satu ke tingkat trofik lainnya, akibatnya sebagaian akan hilang (keluar dari system) selama transformasi. Kejadian inilah yang membatasi jumlah dan masa dari organisme-organisme yang dapat dikelola pada setiap tingkat trofik.
Ekosistem berkecendrungan untuk  menjadi matang, dalam hal ini  dari yang kurang kompleks menjadi lebih kompleks. Perubahan ini disebut suksesi. Tahanp awal dikarakterisasi oleh berlebihannya energi potensial dan aliran energi yang relatif cepat untuk setiap unit biomasa. Dalam ekosistem yang matang sedikit limbah dan akumulasi energi karena energy mengalir melalui saluran-saluran yang bercabang-cabang.
Unit fungsional utama dari ekosistem adalah populasi, yang menempati suatu relung tertentu yang erat kaitannya dengan peranan populasi tersebut dalam aliran energi dan siklus materi.
Hubungan diantara populasi akan mengahsilkan relung baru, sehingga terjadi akumulasi jenis dalam suatu ekosistem dan peningkatan kematangan berkembang ke proses-proses kemandirian.
Perubahan atau fluktuasi akibat eksplorasi dan kompetisi sesamanya menghadirkan tekenan selektif yang harus dipikul oleh populasi, organisme yang tidak mampu mengatasinya akan hilang atau mungkin menurun populasinya untuk waktu tertentu.
Ekosistem mempunyai aspek sejarah, masa sekarang berhubungan erat dengan masa lalu, dan masa yang dating berhubungan erat dengan masa sekarang.

3.2. Komponen ekosistem
Secara umum terdiri atas komponen-komponen biotik ( beranekaragam makhluk hidup ) dan komponen-komponen abiotik, dan diantra komponen-komponen itu terjadi pertukaran energi dan materi, hal inilah yang mengkarakterisasi ekosistem tersebut. Kedua komponen ini mempunyai peranan yang sama pentingnya dalam ekosistem. Tidak mungkin ekosistem berfungsi bila salah satunya tidak ada.

v  Komponen Biotik
Komponen biotik ini meliputi semua kehidupan, dan berdasarkan fungsinya dalam ekosistem dapat dibedakan dalam tiga kelompok yaitu produsen, konsumen, dan pengurai.
Produsen merupakan organisme ototrof yang mampu menghasilkan organik pembentuk tubuhnya dari zat-zat anorganik seperti CO2 dan mineral-mineral. Komponen produsen dalam ekosistem adalah tetumbuhan berhijau daun, dalam proses fotosistesis dengan bantuan sinar matahari dan berkemampuan untuk membentuk karbohidrat dari zat-zat anorganik sederhana tadi. Karbohidrat ini merupakan pembentuk dasar utama dari berbagai zat makanan, seperti protein dan lemak, dan terbentuk akibaat berkombinasi dengan nutrisi penting lain sperti nitrat, fosfat dan kalium.
Konsumen merupakan organisme heterotrof yang menggunakan organik yang berasl dari berbagai hasil produksi produsen. Kemudian organisme heterotrof, yang terdiri dari hewan-hewan dan manusia menggunakan bahan organik tadi sebagai sumber energi dan pertumbuhannya. Konsumen dpat dibedakan dalam beberapa tingkatan;
Ø  Konsumen primer (pertama), berupahewan herbivora hang makanan tumbuhan secara langsung.
Ø  Konsumen sekunder (kedua), berupa hewan-hewan pemakan herbivora. Jadi energi dari tumbuhan untuk sampai ke hewan (karnivora) konsumen kedua ini harus melalui herivora dahulu.
Ø  Konsumen tersier (ketiga), berupa hewan-hewan karnivora yang memakan karnivora linnya.

Pengurai (dekomposer) merupakan  organisme heterotrof yang menguraikan  produsen dan konsumen yang telah mati. Dalam proses penguraian materi organik yang kompleks akan diubah menjadi materi lebih sederhana dan akhirnya menjadi mineral-mineral yang dimanfaatkan kembali oleh produsen sebagai materi dasar. Pengurai ini umumnya berupa organisme mikro seperti bakteri dan jamur yang mempunyai kecepatan metabolime yang tinggi. Pengurai ini merupakan  bagian yang penting dalam ekosistem, tanpa adanya pengurai ini maka materi dasar akan tetap terikat dalam bentuk molekul yang kompleks dan akan menghentikan perkembangan selanjutnya.
Dalam aspek-aspek yang fundamentil suatu ekosistemakan menunjukkan proses-proses sirkulasi materi, trasnformasi dan akumulasi energi melalui aktivitas organisme-organismenya.  Berbagai kegiatan biologis penging, sehubungan dengan proses transformasi dan akumlasi materi dan energi dalam ekosistem adalah fotosisntesis; dekomposisi; respirasi; dan predasi. Berdasarkan proses-proses inilah maka struktur dan fungsi membentuk ekosistem yang mempunyai kaitan yang erat satu sama lainnyal.
Komponen biotik adalah semua komponen hidup dari suatu ekosistem, baik manusia, hewan maupun tumbuhan yang dapat mempengaruhi masyarakat tumbuhan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Bila dikatakan bahwa di alam ini tidak ada satu organisme yang mampu hidup tanpa pengaruh dari organisme lainnya. Saling pengaruh mempengaruhi atau saling ketergantungan ini meliputi berbagai hal, diantrannya dalam proses pertumbuhan, penerimaan bahan makanan, pembiakan atau penyebarannya.
1.       Beberapa bentuk hubungan antara tumbuhan
a.       Kompetisi
Merupakan hasil dari persaingan antara individu tumbuhan dengan individu lainnya dalam hal pemenuhan kebutuhan akan nutrisi, air, cahaya, ruang dsb. Jadi kompetisi akan timbul apabila individu tumbuhan mempunyai daur hidup dan keperluan lingkungan yang sama dengan individu-individu lainnya, baik untuk jenis yang sama maupun jenis yang berbeda.
b.       Liana
Liana merupakan tumbuhan yang berakar dalam tanah dan berusaha mempertahankan tegarnya batang dengan mempergunakan tumbuhan lain sebagai penopang/penolongnya. Strategi yang dipergunakan adalah untuk mendapatkan sejumlah cahaya melimpah untuk keperluan fotosintesisnya, sehingga letak daun-daunya jauh tinggi di atas, dan juga perbungaannya, sedangkan akar tetap berada di tanah.
Batang mempunyai karakteristika anatomi yang khusus, yaitu terdiri dari dua bagian utama:
1).     Bagian berkayu silindris dan dipisahkan oleh jaringan parenkhim yang vertikal.
2).     Serabut-serabut xilem yang panjang.
Bagian berkayu teradaptasi untuk mempermudah pergerakan dan perputaran batang sehingga mudah untuk berubah bentuk untuk memanjat atau membelit. Kadangkala juga dilengkapi oleh strukur lainnya untuk mempermudah panjatannya, seperti pada Cucurbitaceae dan Pasifloraceae.
c.       Epifit
Kelompok tumbuhan yang memanfaatkan tumbuhan lainnya untuk tempat hidup secara menempel, jadi berbeda dengan parasit meraka mempunyai akar untuk mengisap air dan nutrisi yang terlarut, dan mampu menghasilaka makanan sendiri. Yang diperlukan oleh epifit ini adalah peneduahan dari tumbuhan lain serta kelembaban, sehingga tidak tahan terhadap kekeringan. Contoh; Orchidaceae, Pteridaceae, Bromeliaceae.
d.       Lumut kerak
Organisme yang terbentuk karena adanya hubungan antara satu atau lebih jenis jamur (biasanya Ascomycetes atau Basidiomycetes) dengan satu atau lebih ganggang hijau atau gangang biru yang bersel satu. Ganggang selalu terdiri dari jenis yang dapat hidup bebas, tetapi, tetap jamurnya hanya khusus teradap pada lumut kerak.
Lumut kerak ini merupakan contoh yang baik untuk simbiosis mutualistis, hubungannya saling menguntungkan. Bebarapa pakar mengganggap hubungan yang bersifat parasit ringan, karena jamurnya tidak bisa hidup bebas/sendiri sedangkan ganggangnya mampu hidup tersendiri.
Jamur menerima seluruh makannya dari ganggang. Selain melindungi jamur juga berguna bagi ganggang karena kemampuannya untuk mengikat N dan juga dalam penyerapan air.
Lumut kerak sangat bervariasi dalam sifat dan bentuknya dan tersebar secara luas hampir ke seluruh muka bumi. Biasanya bersifat serfit dan sering hidup di atas batu yang tandus yang tidak memungkinkan tumbuhan lain untuk hidup dengan baik, dengan demikian lumut kerak ini merupakan tumbuhan pionir.
e.       Mikotrofi
Murupakan hubungan antara jamur dengan tumbuhan, biasanya jamur bersatu dengan beberapa bagian tumbuhan tinggi ( akar ), pembentuk bagian yang disebut mikorisa.
Dikenal ada dua bentuk mikorisa ini, yaitu :
1.    Ektotrofi, miselia membentuk lapisan tebal menutupi permukaan akar, dan mempunyai hifa yang menonjol keluar. Contohnya; Pinaceae, dan Amentiferae.
2.    Endotrofi, hifa masuk ke protoplast dari jaringan parenkhim dari akar, dan sebagian keluar menembus tanah. Contohnya; Ericaceae, dan Orchidaceae.

2.       Pengaruh hewan terhadap tumbuhan
a.       Perusakan
Hubungan ini timbul akibat peranan tumbuhan sebagai sumber pakan bagai hewan, baik seluruhnya maupun sebagian. Di samping akibat yang langsung melalui pproses pemakanan, jujga kerusakan ini biasa ditimbulkan akibat injakan-injakan hewan perumput.
Di alam biasanya kedua proses itu terjadi bersamaan dan sering menjadi faktor pembatas untuk penyebaran tumbuhan, dan juga dapat menghasilkan bentuk-bentuk morfologi khusus sebagai adaptasinya, yang pada akhirnya akan menghasilkan masyarakat tumbuhan yang karakteristik.
b.       Penyerbukan oleh hewan
Salah satu hubungan yang utama antara hewan dan tumbuhan adalah dalam proses penyerbukan atau pemindahan tepung asari ke kepala putik. Serangga biasanya merupakan  hewan penyerbuk atau polinator utama, tetapi kadang kala dapat juga dilakukan oleh hewan lainnya seperti burung, kelelawar, dan sudah terang manusia.
Zoidiogami adalah penyerbukan dengan bantuan hewan. Zoidiogami terjadi pada tumbuhan yang memiliki bunga dengan ciri-ciri: bunga berukuran besar; mahkota bunga berwarna mencolok dengan aroma khas; memiliki kelenjar madu; serbuk sari bersifat lengket (mudah melekat). Zoidiogami dapat terjadi pada jambu, mangga, jeruk, dan pepaya. Zoidiogami dibedakan berdasarkan jenis hewan yang membantu penyerbukan. Misalnya. Entomogami (penyerbukan dengan bantuan serangga, antara lain lalat, kumbang, dan lebah), malakogami (penyerbukan dengan bantuan siput/bekicot), dan kiropterogani (penyerbukan dengan bantuan kelelawar).
Tumbuhan yang penyerbukannya dilakukan oleh serangga dikenal dengan istilah entomogami, biasanya mempunyai karakteristika tersendiri, yaitu;
Ø  Perhiasan bungan berkembang dengan baik.
Ø  Tepung sari berkumpul pada suatu kelompok.
Ø  Putik berbentuk tongkat.
Ø  Sering bunga dilengkapi dengan nektar.
Serangga biasanya mengunjungi bunga untuk mengambil madu dan tepung sari sebagai makanannya. Tepung sari melekat pada tubuhnya yang berbulu sehingga terjadi perpindahan dari satu bunga ke bunga lainnya, dan mempunyai kesempatan tepung sari ini untuk menempel di kepala putik, maka terjadilah hubungan bersifat simbiosis.

Penyebaran oleh hewan Zoidiogami (zookhori)
1.    Endozookhori
Alat penyebar, buah dimakan oleh hewan tetapi karena bijinya dilapisi oleh kulit luar yang keras maka tidak dapat dicernanya, yang kemudian akan keluar bersama faeces. Contoh; kopi oleh luak, Rubus oleh berbagai jenis burung, dan aren oleh luak.
2.    Epizookhori
Alat penyebar dilengkapi oleh struktur khusus sehingga biji atau buah terbawa ke tempat yang jauh. Contoh, Urena lobate, Bidens sp. Andropogon aciculatus, dll.
c.       Penyerbukan dengan bantuan manusia (antropogami), sampainya serbuk sari ke kepala putik dengan bantuan manusia. Hal ini terjadi karena tidak ada perantara yang membantu penyerbukan. Penyerbukan ini dapat terjadi pada vanili dan beberapa jenis anggrek. Penyerbukan ini dilakukan untuk mendapatkan jenis bibit baru yang unggul. Berdasarkan asal serbuk sari yang jatuh ke kepala putik. penyerbukan dapat dibedakan sebagai berikut.
1.       Penyerbukan sendiri (autogami), terjadi apabila serbuk sari yang jatuh ke kepala putik berasal dari benang sari bunga itu sendiri. Jika terjadinya penyerbukan pada saat bunga masih kuncup, disebut kleistogami.
2.       Penyerbukan tetangga (geitonogami), terjadi apabila serbuk sari yang jatuh ke kepala putik berasal dari benang sari bunga lain dalam satu tanaman.
3.       Penyerbukan silang (allogami), terjadi apabila serbuk sari yang jatuh ke kepala putik berasal dari benang sari bunga tanaman lain yang termasuk satu jenis (spesies).
4.       Penyerbukan bastar, terjadi apabila serbuk sari yang jatuh ke kepala putik berasal dari benang sari bunga tanaman lain yang sejenis, tetapi berbeda varietas, misalnya bunga mangga manalagi diserbuki bunga mangga golek.

3.       Tumbuhan karnivora
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang mencerna hewan, biasanya serangga, dalam menambah keperluannya akan zat lemas. Hal ini dimungkinkan karena tumbuhan tersebut dilengkapi oleh struktur organ terentu berupa kantung yang diisi oleh cairan hasil ekskresi berupa enxima proteolitik, biasanya kantung ini merupakan modifikasi dari organ daun. Contoh; Nephentes sp, Utricularia sp.